Berikut ini merupakan pembahasan kunci jawaban Buku Bahasa Indonesia untuk Kelas 10 halaman 230 Pembahasan kali ini kita akan bahas latihan yang ada pada buku paket B. Indo Tugas Halaman 230 Buku siswa untuk Semester 2 Kelas X SMP/MTS. Semoga dengan adanya pembahasan kunci jawaban Pilihan Ganda (PG) dan juga Esaay Bab 7 Belajar dari Biografi Kelas 10 ini, kalian bisa menjadi lebih giat untuk belajar. Kunci jawaban ini diperuntukkan untuk para pelajar yang sedang mengerjakan tugas Kurikulum 2013 (K13). Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 230 Tugas.
Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 230 Tugas [Kunci Jawaban] |
Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 230 Tugas [Kunci Jawaban]
Tugas ---
Bacalah kembali teks biografi singkat George Saa. Kemudian temukan pokok-pokok informasi dalam teks biografi tersebut.
Tuliskanlah hasil kerjamu pada tabel berikut ini.
Jawaban :
1. Kutipan Teks: Ia dikenal sebagai Sang Jenius dari Papua. Ia lahir di Manokwari pada 22 September 1986. Sejak kecil, dia seringtinggal berpindah-pindah mengikuti orang tuanya. Bahkan tak jarang dia hidup terpisah dari orangtua. Dia adalah seorang pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Indonesia. Makalahnya berjudul Infinitife Triangle and Hexagonal Lattice Network of Identical Resisto. Rumus penghitung hambatan antara dua Titik Rangkaian Resistor yang ditemukannya diberi nama sendiri yaitu 'George Saa Formula".
Pokok Informasi : George Saa merupakan pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 yang lahir di Manokwari pada 22 September 1986.
2. Kutipan teks: Oge (nama panggilan George) lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Silas Sa, adalah Kepala Dinas kehutanan Teminabuhan, Sorong. Oge lebih senang menyebut ayahnya petani ketimbang pegawai. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Silas, dibantu istrinya, Nelce Wofam, dan kelima anak mereka, mengolah ladang dan menanam umbi-umbian. Kelima anak silas mewarisi keenceran otaknya. Silas adalah lulusan sekolah Kehutanan Menengah Atas tahun 1969, sebuah jenjang pendidikan yang tinggi bagi orang Papua kala itu.
Pokok Informasi: George Saa lahir dari keluarga sederhana sehingga ia juga mengikuti kehidupan yang serba sederhana, meskipun begitu ia adalah anak yang cerdas.
3.Kutipan teks: "Saya tetarik fisika sejak SMP. Tidak ada alasan khusus kenapa saya suka fisika karena pada dasarnya saya suka belajar apa saja. Lupakan saja kata fisika, saya suka belajar semuanya," katanya. "Semua mata pelajaran di sekolah, saya suka. Saya suka kimia, sejarah, geografi, matematika apalagi bahasa Indonesia. Saya selalu bagus nilai Bahasa Indonesia, "tambahnya.
Pokok informasi: George Saa menyukai semua pelajaran.
4. Kutipan teks: Kebrilianan otak mutiara hitam dari Timur Indonesia ini mulai bersinar ketika pada tahun 2001 ia menjuarai lomba olimpiade Kimia tingkat daerah. Oleh karena itu, prestasinya itu, ia mendapat beasiswa ke Jakarta dari Pemerintah Provinsi Papua. Namun, mamanya melarang putra bungsunya berangkat ke ibu kota. Prestasi rupanya membutuhkan sedikit kenakalan dan kenekata. Dengan dibantu kakaknya, Frangky, Oge berangkat diam-diam. Ia baru memberi tahu niatnya kepada mama tercinta sesaat sebelum menaiki tangga pesawat. Mamanya menangis selama dua minggu menyadari anaknya pergi meninggalkan tanah Papua.
Oge kemudian membuktikan bahwa kepergiannya bukan sesuatu yang sia-sia. Tangis sedih mamanya berganti menjadi tangis haru ketika November 2003 ia menduduki peringkat delapan dari 60 peserta lomba Matematika kuantum di India. Prestasinya memuncak tahun ini dengan menggenggam emas hasil riset fisikanya. Mamanya punt itdak pernah menangis lagi.
Pokok informasi: Keinginan menjadi ilmuwan menyebabkan George Saa nekat pergi ke Jakarta untuk meraih cita-citanya.
5. Kutipan teks: Di Jakarta, ia digembleng khusus oleh Bapak Fisika Indonesia, Profesor Yohanes Surya. Awal November 2006 ia harus mempresentasikan hasil risetnya di depan ilmuwan fisika di Polandia. Ia harus membutktikan bahwa risetnya tentang hitung-hitungan jaring-jaring resistor itu adalah gagasan orisinilnya. Setelah itu, ia akan mendapat kesempatan belajar riset di Polish Academy Of Science di Polandia selama sebulan di bawah bimbingan fisikawan jempolan.
Setelah menerima penghargaan itu, George mendapat fasilitas. Menteri Pendidikan saat itu, Malik Fajar meminta George memilih perguruan tinggi mana pun di Indonesia tanpa tes. Kampus tempat dia kuliah juga diwajibkan memberikan fasilitas belajar. George sempat bingung memilih kampus sebelum utusan Direktur Eksekutif Freedom Institute, Rizal Mallarangeng, mendatangi dirinya. "Saya diminta menemui Pak Aburizal Bakrie," ungkap pria kelahiran 22 september 1986 tersebut.
Pokok Informasi: George Saa mendapatkan beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat.