Jawaban :
Latar belakang pemberontakan DI/TII:
- Kekecewaan Kartosuwiryo atas Jawa Barat yang diduduki Belanda akibat Perjanjian Renville
- Keinginan menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan agama Islam
- Kekecewaan di daerah seperti dihapuskannya provinsi Aceh dan tidak diterimanya mantan pejuang sebagai tentara
Latar belakang pemberontakan RMS:
- Kekecewaan para bekas prajurit KNIL atas kebijakan pemerintah
- Tidak setuju atas pembubaran NIT (Negara Indonesia Timur) dan kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan
- Keinginan beberapa tokoh seperti Soumokil yang ingin mendirikan negara sendiri
Pembahasan :
1. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan DI/TII ini dimulai oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, di Jawa Barat pada tahun 1948. Dia menyatakan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Awalnya pemberontakan ini sebagai penolakan atas perjanjian Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, yang menyerahkan kekuasaan di Jawa Barat kepada Belanda.
Saat awal pemberontakan, pemerintah Indonesia tidak bisa menindak cepat gerakan DI/TII, karena akibat perjanjian Renville, tentara Indonesia harus ditarik dari Jawa Barat yang diduduki Belanda.
Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar tahun 1948, pemberontakan ini masih tidak berhenti, namun berusaha untuk mengganti dasar negara Indonesia dengan ajaran agama Islam.
Pemberontatak DI/TII kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di Aceh, Daud Beureueh menyatakan ikut serta dalam pemberontakan ini karena kecewa akan dihapuskannya provinsi Aceh, sementara pemberontakan lain seperti pimpinan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan dipicu kegagalan para mantan pejuang kemerdekaan diterima di tentara Indonesia saat itu, APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat).
Akhirnya baru pada 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil di tangkap di Gunung Geber. Tertangkapnya Kartosuwiryo ini mengakhiri pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.
2. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS terjadi pada 25 April 1959, dipimpin oleh Chris Soumokil, mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur. Pemberontakan ini berpusat di kota Ambon, dan pulau sekitarnya seperti pulau Seram.
Salah satu penyebab meletusnya pemberontakan RMS adalah banyak bekas prajurit KNIL (Tentara Kolonial Hindia Belanda) asal Maluku yang kecewa karena pengakuan kemerdekaan Belanda kepada Indonesia. Mereka juga menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat).
Hal ini ditambah dengan kekecewaan Chris Soumokil, akibat bubarnya Negara Indonesia Timur (NIT) dan keinginannya mendirikan negara sendiri.
Pemerintah
Indonesia bertindak tegas dengan mengirim pasukan APRIS dibawah
pimpinanl Slamet Riyadi dan Alex Kawilarang. Pada tahun 1950, Ambon dan
Namlea berhasil direbut. Pada tahun 1963, Chris Soumokil berhasil di
tangkap. RMS berhasil digagalkan dan para pendukungnya yang tersisa
melarikan diri ke Belanda.